Oct 8, 2009

Biografi John Myung >>> One of My Biggest Inspirations

Nama Lengkap : John Ro Myung
Website Resmi : http://www.johnmyung.com/
Group Band Sebelumnya : Majesty
Gitar Bass : RBX-JM 6 string (senar) signature bass, Yamaha
Tempat Lahir : Illinois, Chicago 24 Januari 1967
Pengaruh : Chris Squire, Steve Harris (Iron Maiden), Rush’s Geddy Lee
Zodiac : Cancer
Tempat Tinggal : Long Island, New York

Sejak zaman 1980-an (saat berdirinya Dream Theater), John Myung yang orangtuanya berasal dari Korea ini beserta dua personil lainnya telah membantu Dream Theater melewati saat-saat kritis dan masa jatuh bangunnya.Sebagai seorang pendengar antusias musik klasik, dia memilih biola semenjak masih berumur lima tahun. Hingga saat menginjak usia belasan tahun, John Myung memutuskan untuk memilih gitar bass sebagai instrumen favoritnya.Ketika belajar di sekolah musik Berklee - Boston pada tahun 1986, Myung berjumpa dengan dua teman satu sekolahnya, gitaris John Petrucci dan drummer Mike Portnoy. Dengan ditambah seorang pemain keyboard dan seorang vokalis, akhirnya mereka membentuk sebuah grup band Majesty.Pada tahun berikutnya mereka mendapatkan tawaran rekaman. Tetapi grup band Majesty ini ternyata hanya berumur pendek dikarenakan sebuah konflik dengan grup band di Las Vegas yang memiliki nama yang sama. Akhirnya mereka sepakat untuk merubah nama grup bandnya menjadi Dream Teater, diambil dari nama sebuah bioskop di California.Myung, Petrucci dan Portnoy hingga detik ini masih merupakan anggota tetap Dream Theater, dan sepanjang sejarah Dream Theater telah terjadi beberapa kali bongkar-pasang vokalis dan keyboardis.Myung agaknya telah menjadi anggota Dream Theater yang paling misterius. Dia jarang terlihat berkomentar tentang dirinya ataupun menonjolkan dirinya sendiri dalam video klip dan konser-konser Dream Theater. Fakta ini membuat banyak penggemar bertanya-tanya apakah seseorang dari mereka pernah melihatnya berbicara.Pada kenyataannya Myung telah berbicara dalam video tutorialnya, juga saat jumpa penggemar dalam pertunjukan-pertunjukan live show Dream Theater. Bahkan jika ditanya tentang topik yang tepat -seperti memainkan tekhnik-tekhnik bas, dia akan berbicara untuk jangka waktu yang panjang.Kepribadian misteriusnya lebih terasa saat pertunjukan Dream Theater di Jerman. Secara tiba-tiba Myung mendatangi James LaBrie seraya men-tekel-nya gaya American football. Baik hadirin maupun personil band lainnya banyak yang kebingungan dan keheranan. Kejadian ini kelak dikenal sebagai "gasakan Myung".Diluar tindakan itu, Myung terkenal dengan prinsip disiplin berlatihnya yang tinggi. Baik Kevin Shirley pada "Metropolis 2000: Scenes From New York DVD" maupun mantan keyboardis Dream Theater Derek Sherinian dalam situs pribadinya menyatakan bahwa John Myung sejauh yang mereka tahu adalah satu-satunya musisi yang melakukan 'warming-down' setelah pertunjukan live show. Dalam sebuah postingan forum, John Petrucci berkata bahwa ketika dulu masih di Berklee, dia dan Myung mempunyai kesepakatan untuk berlatih sedikitnya enam jam sehari.Di antara waktu senggangnya, Myung merupakan salah seorang anggota utama grup band Platypus sejak 1998, bersama dengan Ty Tabor (King’s X) , Derek Sherinian (eks keyboardis Dream Theater) dan Dixie Dregs drummer Rod Morgenstein. Platypus sejauh ini telah merilis tiga album, dan album terakhirnya adalah "The Jelly Jam". Myung juga memiliki sebuah video tutorial "Progressive Bass Concepts", dirilis tahun 1996.

Salah satu, yang menjadi inspirasiku dalam meneladani sosok seorang John Myung yaitu, sifatnya yang pekerja keras. Pernah saya baca di salah satu situs forum fans Dream Theater bahwa John Myung, yang notabenenya seorang yang sangat ahli dalam memainkan instrumen bass, masih 'mewajibkan' dirinya untuk berlatih selama 6 jam perhari, dan beberapa jam sebelum memulai konser dalam tiap tur, untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan serta memberikan performa yang terbaik bagi para fans.

Mungkin, salah satu pelajaran yang dapat kita ambil, yaitu bahwa seberapapun hebatnya kita, kita masih perlu, bahkan wajib untuk terus belajar, dari apapun, untuk mengoreksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan juga untuk meningkatkan kualitas diri.

Oct 6, 2009

Mencermati Eksistensi Para Wakil Rakyat


Jika mendengarkan kata ‘DPR’ atau ‘anggota DPR’, mungkin yang akan berada di benak kita semua yaitu kumpulan orang-orang berdasi yang terpelajar, penuh wibawa dan karisma. Namun, jika kita gali dan pikirkan lebih dalam lagi, angan-angan kita barusan mungkin akan sirna, pupus, dan, tak berbekas. Apa sebab? Dari sekian banyak sebab, yang paling utama penyebabnya adalah kebijakan-kebijakan serta perilaku dari anggota-anggota DPR itu sendiri.
Telah kita ketahui bersama, bahwa anggota DPR merupakan representasi dari rakyat di pemerintahan. Dari fakta itu pula kita dapat berasumsi seharusnya suara-suara, aspirasi-aspirasi, keluhan-keluhan, hingga unek-unek yang ada didalam hati rakyat juga musti di gembar-gemborkan oleh para anggota DPR. Tapi, jika kita lihat situasi selama ini, bisa dikatakan para anggota DPR masih ‘diam seribu bahasa’, jika tidak mau disebut ‘bisu’, walaupun tidak semua anggota DPR bersikap seperti itu. Hasil dari penelitian dua lembaga yang memfokuskan pada kinerja parpol dan DPR dapat kita jadikan acuan dari fakta di atas. Dari hasil penelitian, sebanyak 51% responden menyatakan aspirasi masyarakat, terutama golongan menengah kebawah masih belum terwakili selama ini. Jadi apa yang selama ini dikerjakan para pemimpin bangsa ini? Bagaimana mungkin para pemimpin bangsa ini bisa memberdayakan masyarakat, jika keinginan masyarakat tidak mereka hiraukan? Salah seorang ulama terkemuka, Aa Gym pernah berkata “Pemimpin yang sukses bukanlah pemimpin yang mampu membuat dirinya atau golongannya sendiri sukses. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang mampu menyukseskan rakyatnya”. Sulit rasanya mendapatkan pemimpin yang disebutkan Aa Gym tersebut.
Jika melihat kondisi sekarang, mustahil rasanya melihat anggota DPR yang tidak menggunakan mobil mewah. Ini hal yang menyakitkan, terutama bagi bangsa yang sedang ingin bangkit dari keterpurukan. Hal lain yang juga cukup menyakitkan yaitu ketika sebuah media massa memberitakan rencana kenaikan gaji dan tunjangan anggota DPR sebesar 72-85% untuk pimpinan dan 34% untuk para anggota. Jumlah yang cukup menggiurkan di tengah kondisi rakyat yang ‘sekarat’. Mungkin para anggota DPR merasa kebutuhan mereka tidak terpenuhi dengan gaji dan tunjangan yang sebesar minimal Rp 25 juta itu. Fakta ini semakin menunjukkan kepada kita bahwa para anggota DPR seakan-akan seperti ‘pembunuh berdarah dingin’ yang tidak punya kepekaan sosial. Selain hal-hal diatas, ada satu fakta menarik yang cukup menggelitik untuk dibicarakan, yaitu tingkat kemalasan para anggota DPR yang kian bertambah, hampir 50% yang tidak hadir di dalam sidang. Kalau begitu, apa gunanya digaji tinggi tapi masih saja malas.

Salah satu jawaban dari permasalahan-permasalahan diatas yaitu dengan membubarkan fraksi. Karena selama ini ruang gerak para anggota DPR dikendalikan oleh fraksi partainya. Jika melenceng dari garis landasan partai, maka si anggota bisa saja di-recall. Jika sudah begitu, maka komunikasi dengan rakyat bisa terhambat, bahkan terputus. Selain itu, kesadaran dan kepekaan sosial juga dibutuhkan untuk memperbaiki mental para pemimpin bangsa yang loyalis pada diri sendiri dan kelompok. Seandainya, ada wakil rakyat yang benar-benar dipilih dari hati rakyat dan bukan dengan mengambil hati.

Belum lagi, salah satu fenomena yang dibuat oleh wakil-wakil rakyat kita di Senayan, dengan melakukan pemborosan anggaran pelantikan mereka yang menghabiskan dana sekitar 46 milyar rupiah. Menurut beberapa pengamat politik, hal ini disebabkan kurangnya koordinasi antar lembaga DPR, maupun DPD, maupun KPU, sehingga hal-hal yang sekiranya tidak perlu, seperti anggaran untuk pengadaan batik, jas, serta penginapan di hotel elit berbintang, tidak perduli apakah sang wakil rakyat berasal dari Jakarta ataupun luar Jakarta. Seharusnya, sebagai lembaga yang berada dalam satu naungan pemerintah, ketiga lembaga ini setidaknya mampu mengkomunikasikan serta mengkoordinasikan kepentingan-kepentingan mereka.

Mungkin akan terasa sulit bagi kita, sebagai pemimpin untuk memberikan teladan dan contoh bagi yang dipimpin. Tapi setidaknya, kita harus terus selalu berusaha, walaupun hal itu terasa berat.